Jumat, 04 September 2009      Login | Register

Kenali Gejala Influenza A (H1N1)

Jakarta - Gejala infeksi influenza A mirip dengan flu musiman. Hal ini mempersulit proses diagnosis penyakit yang kini mewabah di beberapa negara. Untuk mengantisipasi penyebaran virus itu, kemampuan diagnosis dan laboratorium di Indonesia perlu diperkuat. ”Gejala flu H1N1 (influenza A) pada manusia secara umum sama dengan flu musiman, mulai dari tanpa gejala sampai pneumonia dan meninggal,” kata dr Priyanti Z Soepandi, dokter spesialis paru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Persahabatan, dalam seminar Kesiap-siagaan Menghadapi Kasus Virus H1N1 di Indonesia, Selasa (5/5) di Jakarta.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan level kewaspadaan pandemi H1N1 pada fase 5, yaitu penularan antarmanusia. Sejumlah gejala yang perlu dicurigai H1N1 adalah gejala mirip influenza sampai pneumonia. Gejala penyakit pernapasan akut yang baru terjadi perlu diwaspadai bila disertai lendir berlebihan dari hidung, sakit tenggorokan, dan batuk. Apalagi bila dalam tujuh hari sebelum sakit ada kontak dengan kasus konfirmasi H1N1 atau berkunjung ke area kasus konfirmasi H1N1.
Pada orang dewasa, keadaan gawat darurat ditandai kesulitan bernapas atau bernapas pendek, nyeri atau rasa tertekan pada dada dan perut, pusing tiba-tiba, dan muntah berat. ”Untuk mendiagnosis, spesimen harus diambil secepat mungkin dan diperiksa dengan real time PCR (polymerase chain reaction), kultur virus, dan tes lain,” ujarnya.
Kondisi gawat darurat pada anak ditandai pernapasan cepat atau sulit bernapas, warna kulit kebiruan, tidak cukup minum, susah bangun dan tidak berinteraksi, serta amat rewel. ”Gejala mirip flu membaik, tetapi lalu kembali dengan gejala demam dan batuk hebat, diare, serta muntah,” kata Priyanti.

Kedaluwarsa
Di Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur, ditemukan ternyata seluruh stok oseltamivir, obat untuk penderita flu burung juga influenza A, yang tersedia sudah kedaluwarsa sejak Februari 2009, sementara obat penggantinya belum ada.
Padahal, potensi terjadinya kasus flu burung pada manusia di Kabupaten Madiun sangat besar mengingat banyaknya kasus ayam mati karena virus flu burung atau Avian influenza (AI) sepanjang 2009.
Dari pengamatan di dus penyimpan obat di gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun, kemarin, batas masa berlaku tamiflu adalah Februari 2009. Jumlah stok obat itu sekitar 250 tablet. Sementara itu, di 25 puskesmas juga tersimpan obat yang sama di mana setiap puskesmas menyimpan 100 tablet.
Di Jawa Tengah, stok obat ini ditambah menjadi 60.000 dosis dari 4.000 dosis yang ada. Stok obat di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah dinyatakan cukup.
Sementara itu, di Denpasar, masyarakat dan peternak babi, khususnya peternak rumahan, menyambut positif pengambilan sampel lendir dari hidung dan darah babi sebagai upaya mengantisipasi penularan influenza A. Pengambilan sampel dilakukan random pada 1.500 ekor di Bali dan 400 ekor di Nusa Tenggara Barat serta Nusa Tenggara Timur dan akan berlangsung 4-23 Mei.
Perbekel (kepala) Desa Jagapati, Kabupaten Badung, Wayan Suarnaya, mengatakan, ”Ini menenangkan masyarakat karena pemerintah daerah segera mengantisipasi. Tidak seperti kejadian flu burung yang baru antisipasi setelah ada yang meninggal.” Menurut dia, informasi tetap diperlukan agar masyarakat tenang.
Pengambilan sampel serupa juga dilakukan di Bandar Lampung, Provinsi Lampung, disertai dengan sosialisasi pentingnya menjaga kesehatan lingkungan dan kandang kepada pemilik dan pengelola peternakan babi.
Di Jambi, Provinsi Jambi, seluruh pedagang daging babi diwajibkan menggunakan jasa rumah potong hewan (RPH) untuk memotong dan membersihkan daging sebelum dijual. (TIM KOMPAS)
Sumber : Kompas