Senin, 27 Desember 2010      Login | Register

IV. Identifikasi Penyakit

IV.1. Gejala klinis

a. Sapi
Aborsi adalah adalah gejala utama brucellosis pada sapi betina. Infeksi juga dapat menyebabkan kelahiran pedet yang lemah (stillbirth), retensi plasenta, dan penurunan produksi susu. Pada sapi jantan, infeksi dapat terjadi pada vesikula, ampula, testis dan epididimis. Testis juga dapat mengalami abses. Infeksi yang menahun dapat mengakibatkan terjadinya arthritis.
 
b. Domba dan Kambing
Infeksi brucellosis pada kambing dan infeksi B. melitensis pada domba menyebabkan gejala yang mirip dengan sapi. Namun, infeksi B. ovis menghasilkan gejala penyakit yang spesifik untuk domba, hewan jantan akan menderita epididimitis dan orchitis yang akan sangat mempengaruhi fertilitasnya.
Pada hewan betina, penyakit ini biasanya menyebabkan aborsi pada kebuntingan umur 4 bulan. Selain itu dapat juga ditemukan placentitis serta kematian perinatal.
Pada pejantan, kelainan pertama yang mungkin terdeteksi adalah penurunan kualitas semen yang dihasilkan, dimana banyak terkandung sel-sel radang dan mikroorganisme. Kambing jantan dapat menderita arthritis dan orchitis.
 
c. Anjing
Gejala utama adalah aborsi pada trimester terakhir kebuntingan yang biasanya diikuti dengan keluarnya cairan dari vagina yang berkepanjangan. Anjing yang terinfeksi dapat mengalami limfadenitis dan pada jantan seringkali terjadi pula epididimitis, periorchitis, dan rostatitis.
 
d. Babi
Gejala klinis brucellosis pada babi mirip dengan gejala pada sapi dan kambing. Gejala yang umum muncul adalah aborsi, sterilitas sementara atau permanen, orchitis, kepincangan, paralisis posterior, spondylities, dan terkadang dapat juga terjadi metritis dan pembentukan abses pada ekstrimitas atau bagian lain dari tubuh. Kejadian aborsi dapat berkisar antara 0 – 80% dan dapat terjadi pada awal kebuntingan sehingga tidak terdeteksi. Hewan yang demikian akan segera kembali ke siklus estrusnya. Timbulnya sterilitas adalah umum dan itu dapat menjadi satu-satunya gejala klinis yang timbul. Oleh karena itu, bila ada sterilitas dalam sekelompok hewan maka brucellosis akan menjadi kecurigaan utama.
 
e. Kuda
Pada kuda, gejala utama yang paling umum ditemukan adalah bursitis suppuratif. Keadaan ini dikenal juga sebagai fistulous withers atau poll evil. Terkadang, aborsi juga dapat ditemukan.
 
f. Manusia
Masa inkubasi pada manusia umumnya 30 sampai 60 hari. Gejala yang seringkali muncul adalah demam dengan jangka waktu yang bervairasi, keringat dingin, sakit kepala, lemah, nyeri sendi, depresi, dan penurunan bobot badan. Infeksi supuratif dapat terjadi pada organ-organ tubuh. Selain itu dapat juga terjadi komplikasi osteoartikular dan keterlibatan sistem genitourinari. Bila terjadi endorkarditis maka derajat fatalitas kasus menjadi tinggi. Penyakit dapat kambuh lagi di kemudian hari.
 
IV.2. Patologi Anatomi
a. Sapi
Fetus aborsi dapat tampak normal, mengalami autolisis, atau oedema subkutan dan cairan serosanguineus dalam rongga tubuhnya. Limpa dan/atau hati dapat mengalami pembesaran dan pada paru-paru dapat ditemukan pneumonia dan pleuritis fibrous. Kejadian aborsi fetus pada betina terinfeksi umumnya disertai dengan plasentitis, dimana kotiledon dapat tampak merah, kuning, normal, atau nekrotik. Daerah interkotiledon dapat tampak basah dengan penebalan fokal. Dapat juga ditemukan eksudat pada permukaannya.
Lesio purulen hingga granulomatosa dapat ditemukan pada saluran reproduksi jantan maupun betina, kelenjar mamae, limfonodus supramamari, jaringan limfoid lainnya, tulang, sendi, serta jaringan dan organ lain. Endometritis ringan hingga berat dapat ditemukan setelah kejadian aborsi dan pada hewan jantan dapat ditemukan epididimitis dan/atau orchitis unilateral atau bilateral. Higroma juga dapat ditemukan pada sendi karpalis, lutut, tarsalis, serta antara ligamentum nuchae dan os vertebrae thoracic pertama.
 
b. Domba
Manifestasi utama penyakit pada jantan adalah lesio pada epididimis, tunika dan testis. Pada betina utamanya terjadi placentitis dan aborsi, selain itu dapat juga terjadi mortalitas perinatal pada anak domba. Lesio dapat terbentuk dengan cepat. Pembesaran epididimis dapat bersifat unilateral atau bilateral. Pembesaran lebih sering terjadi pada cauda epididimis dibandingkan caput atau corpus dan lesio yang paling jelas adalah terbentuknya spermatocele dengan berbagai ukuran yang mengandung cairan spermatik. Seringkali tunika menebal dan menjadi fibrous serta mengalami pelekatan. Testis dapat mengalami atropi fibrous, lesi yang demikian umumnya bersifat permanen. Dalam beberapa kasus, lesionya bersifat sangat jelas, namun ada juga kasus-kasus dimana bakterinya ada dalam semen dalam jangka waktu yang lama tanpa menunjukkan gejala klinis. Karena tidak semua pejantan terinfeksi mempunyai kelainan jelas pada jaringan scrotalnya dan tidak semua kasus epididimitis adalah karena brucellosis, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
 
c. Kambing
Pada jantan dapat ditemukan epididimitis dan orchitis. Dapat ditemukan pembesaran epididimis unilateral atau bilateral dengan bagian kauda lebih sering mengalami kelainan dibandingkan kaput atau korpus. Dalam testis dapat terjadi atrofi fibrous. Tunika vaginalis menebal dan fibrous dan dapat terjadi perlekatan. Pada betina terinfeksi terkadang dapat ditemukan plasentitis.
 
d. Anjing
Fetus aborsi seringkali ditemukan mengalami autolisis sebagian dan memiliki tanda-tanda infeksi bakterial secara umum. Lesio pada fetus dapat berupa oedema subkutan, kongesti dan hemoragi subkutan pada daerah abdominal, cairan periotneal serosanguineus, dan lesio degeneratif pada hati, limpa, ginjal, dan usus.
Pada anjing dewasa umumnya ditemukan pembesaran limfonodus, seringkali pada limfonodus retrofaringeal dan inguinal, namun limfadenitis secara umum juga dapat terjadi. Limpa seringkali ditemukan membengkak dan dapat memiliki konsistensi yang padat dan nodular. Dapat juga ditemukan hepatomegali. Pada jantan terinfeksi dapat ditemukan pula oedema scrotalis, dermatitis scrotalis, epididimitis, orchitis, prostatitis, atrofi testis, dan fibrosis testis. Pada betina dapat ditemukan metritis dan eksudat dari vagina. Pada beberapa kasus dapat juga ditemukan diskospondilitis, meningitis, ensephalitis fokal non-suppuratif, osteomyelitis, uveitis, dan abses dalam berbagai organ dalam.
 
IV.3.  Pengambilan dan Pengiriman Sampel
Pengambilan sampel harus dilakukan se-aseptis mungkin untuk mengurangi kontaminasi yang dapat mengganggu pengujian. Semua sampel yang diambil dari hewan yang diduga menderita Brucellosis berpotensi membahayakan kesehatan manusia, oleh karena itu proses pengambilan dan pengemasan sampel perlu dilakukan secara hati-hati.
 
a. Sapi
Bakteri dapat diisolasi dari fetus aborsi (isi lambung, limpa, dan paru-paru), membran fetus, cairan uterus, cairan vagina, semen, susu, cairan hygroma atau sampel jaringan plasenta, limfonodus, organ reproduksi jantan maupun betina, dan kelenjar mammae. Sementara antibodi dapat dideteksi dari susu, whey, semen, dan serum darah. Sampel susu harus diambil dari keempat puting dengan terlebih dahulu membuang perahan pertama.
 
b. Domba dan Kambing
Bakteri dapat diisolasi dari fetus aborsi, cairan uterus, cairan vagina, susu, semen atau sampel jaringan limfonodus, limpa, uterus, testis, dan epididimis. Antibodi dapat dideteksi dari serum darah. Sampel susu harus diambil dari semua puting dengan terlebih dahulu membuang perahan pertama.
 
c. Anjing
Bakteri dapat diisolasi dari fetus abortus, eksudat vagina, darah, susu, atau semen anjing yang terinfeksi. Antibodi dapat dideteksi dari serum darah.
 
d. Babi
Bakteri dapat diisolasi dari fetus aborsi, carian uterus, atau sampel jaringan plasenta, limfonodus, dan organ. Antibodi dapat dideteksi dari serum darah.
 
IV.4.  Pengujian Laboratorium
a. Sapi
Bakteri dapat diidentifikasi dengan modified acid-fast staining atau metode polymerase chain reaction (PCR). Bila dimungkinkan sebaiknya dilakukan kultur bakteri menggunakan media kultur biasa atau selektif.
Uji serologis standar adalah uji serum agglutination. Uji-uji lain yang dapat digunakan adalah uji ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), complement fixation, rivanol precipitiation, and acidified antigen procedure.
Uji antigen Brucella seperti rose bengal test dan buffered plate agglutination test, dan complement fixation test, ELISA, atau fluorescence polarization assay adalah beberapa uji yang cocok untuk screening penyakit pada kelompok ternak dan hewan individual. Namun, tidak ada uji yang cocok untuk semua keadaan, oleh karena itu sampel yang positif pada pengujian awal harus dikonfirmsi lagi. Uji indirect ELISA atau milk ring test cocok untuk screening dan memonitor brucellosis pada sapi perah, tetapi milk ring test kurang baik hasilnya bila diaplikasikan pada kawanan ternak yang besar. Uji immunologis lain, yaitu brucellin skin test,dapat digunakan untuk screening atau untuk mengkonfirmasi reaktor serologis positif dalam kelompok ternak yang tidak divaksinasi.
 
b. Anjing
Brucellosis pada anjing didiagnosis melalui isolasi dan identifikasi agen penyebab penyakit atau melalui uji serologis. Uji serologis yang paling umum digunakan adalah uji aglutinasi menggunakan metode tabung atau gelas objektif. Reaksi aglutinasi non-spesifik kadang terjadi pada beberapa anjing dimana bakteri Brucella tidak dapat diisolasi. Untuk menghilangkan antibodi non-spesifik, serum dapat diberi 2-mercaptoethanol dan kemudian diuji ulang. Selain uji-uji di atas, dapat juga digunakan agar gel immunodiffusion test, uji ini bersifat cukup spesifik.
 
c. Domba dan Kambing
Bakteri dapat diidentifikasi dengan modified acid-fast staining atau metode polymerase chain reaction (PCR). Selain itu, pemeriksaan juga dapat dilakukan menggunakan teknik fluorescent antibody yang bersifat sangat spesifik. Pemeriksaan mungkin harus dilakukan beberapa kali karena bakteri diekskresikan secara intermiten. Bila dimungkinkan sebaiknya dilakukan kultur bakteri menggunakan media kultur biasa atau selektif.
Untuk B. melitensis, pengujian serologis yang umum digunakan untuk memeriksa kelompok maupun individu ternak adalah buffered Brucella antigen test (BBAT) dan complement fixation test (CFT). Pengujian menggunakan uji aglutinasi serum pada ruminansia kecil kurang dapat diandalkan. Indirect enzyme-linked immunosorbent assay (I-ELISA) dan fluorescence polarization assay (FPA) juga dapat digunakan untuk screening. Brucellin allergic skin test juga dapat digunakan pada kelompok ternak yang tidak divaksinasi dengan syarat preparat antigen yang digunakan terstandarisasi, murni dan bebas lipopolisakarida (LPS). Dalam interpretasinya, hasil uji tersebut harus dikaitkan dengan gejala klinis, sejarah, dan hasil pemeriksaan serologis dan kultur bakteri.
Untuk B. ovis, uji serologis yang umum digunakan adalah complement fixation test (CFT). Selain uji tersebut dapat juga dilakukan uji agar gel immunodiffusion (AGID), dan indirect enzyme-linked immunosorbent assay (I-ELISA)
 
d. Babi
Bakteri dapat diidentifikasi dengan modified acid-fast staining atau metode polymerase chain reaction (PCR). Bila dimungkinkan sebaiknya dilakukan kultur bakteri menggunakan media kultur biasa atau selektif.
Uji serologis yang umum digunakan adalah buffered Brucella antigen test (BBAT), indirect dan competitive enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), Rose Bengal test (RBT) complement fixation test (CFT), dan fluorescence polarization assay (FPA). Selain itu, allergic skin test dan buffered plate agglutination test (BPAT) juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi infeksi pada kawanan ternak.
 
IV.5. Diagnosa Banding
a. Sapi
Diagnosa banding brucellosis pada sapi adalah penyakit lain yang dapat menyebabkan aborsi atau epididimitis dan orchitis, seperti trichomoniasis, vibriosis, leptospirosis, listeriosis, infectious bovine rhinotracheitis dan mikosis.
 
b. Domba dan Kambing
Diagnosa banding brucellosis pada kambing dan domba adalah penyakit lain yang dapat menyebabkan aborsi pada ruminansia kecil, terutama chlamydiosis dan coxiellosis atau penyakit lain yang dapat menyebabkan epididimitis dan orchitis, seperti Actinobacillus seminis, A. actinomycetemcomitans, Histophilus ovis, Haemophilus spp., Corynebacterium pseudotuberculosis ovis, dan Chlamydophila abortus. Lesio akibat trauma juga perlu dipertimbangkan.
 
c. Anjing
Diagnosa banding brucellosis pada anjing diantaranya beta-hemolytic streptococci, Escherichia coli, Mycoplasma, Ureaplasma, Streptomyces, Salmonella, Campylobacter, canine herpesvirus, Neospora caninum dan Toxoplasma gondii.
 
d. Babi
Diagnosa banding brucellosis pada babi adalah penyakit lain yang menyebabkan aborsi, orchitis, arthritis, paralisis posterior, dan kepincangan. Aborsi di babi dapat juga disebabkan oleh Aujeszky’s disease (pseudorabies), leptospirosis, erysipelas, salmonellosis, streptococcidiosis, classical swine fever and porcine parvovirus infection.