Jangan Takut Susu Formula
PASURUAN - Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Pasuruan Hermanta Setiarsa meminta ibu-ibu tidak perlu resah dengan penemuan bakteri Enterobacter Sakazakii dalam susu formula. Apalagi, sampai takut berlebihan memberikan susu formula pada anak. "Yang penting perhatikan cara penyajiannya," kata Hermanta, kemarin. Menurutnya, hasil penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut hanya perlu diwaspadai. Tapi tidak lantas muncul rasa khawatir yang berlebihan. Sehingga terlalu berlebihan melindungi anak. Dia justru tidak sepakat, bila ada ibu-ibu yang nekat menghindarkan anaknya dari susu formula. Padahal, mereka sudah tidak bisa memberikan ASI. "Jangan sampai susu formula itu kemudian diganti air gula, apalagi tajin," tukasnya serius.
Hermanta juga mengingatkan, susu paling sehat dan aman adalah ASI. Tidak ada satupun jenis susu lain yang bisa menggantikan posisinya. "Kalau terpaksa diganti susu formula, harus tahu cara paling hiegenis menyajikannya kepada anak," terangnya.
Secara teknis tentang cara menyikapi hasil penelitian IPB, pihaknya masih harus menunggu penelitian yang dilakukan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Sebab sejauh ini pihaknya tidak pernah menerima edaran dari BPOM untuk menyita produk susu berbahaya, seperti hasil temuan IPB.
Mengenai bakteri, lanjutnya, bisa diantisipasi ancaman bahayanya dengan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Bila kondisi anak sedang sehat, maka datangnya bakteri tidak akan jadi masalah.
Kadinkes kemudian memberikan cara-cara penyajian susu yang bersih dan sehat. Dimulai dari bagaimana memilih produk susu yang tepat. "Tidak perlu mahal. Tapi harus memperhatikan bagaimana kondisi kemasan dan batas kedaluwarsanya," jelas Hermanta. Setelah itu, ibu-ibu dianjurkan rajin mensterilkan botol anaknya. Akan lebih baik jika memiliki lebih dari satu botol. Selain itu, air yang digunakan harus dalam kondisi panas 70 derajat celcius. "Selain itu, jangan sekali-kali mengocok susu dalam botol. menggunakan tangan di ujung dot," tegasnya.
Hal yang sama dikatakan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Pasuruan Wito Astoera. "Kami para dokter sangat tidak sepakat jika susu formula ditinggalkan, kemudian memilih air gula. Apalagi tajin," tukas Wito kepada Radar Bromo. Ketua IDI yang baru resmi dilantik hari ini (5/2) mengatakan, langkah yang paling tepat saat ini adalah bersabar menunggu hasil penelitian BPOM. "Selagi BPOM belum mengeluarkan imbauan khusus, berarti kondisinya aman. Tidak perlu ada rasa cemas berlebihan. Sekarang lebih baik memikirkan asupan gizi yang terbaik untuk anak-anak. Tapi ingat, tetap prioritaskan ASI," jelasnya. (via)
Sumber : Radar Bromo